Monday, May 23, 2011

Islam di Laos

copy and paste daripada blog lain:-

Laos adalah salah satu negara di kawasan Asia Tenggara yang berbatasan dengan Myanmar dan Cina di sebelah barat laut, Vietnam di timur, Kamboja di selatan, dan Thailand di sebelah barat. Dari Abad ke-14 hingga abad ke-18, negara ini disebut Lan Xang atau Negeri Seribu Gajah.

Beribu kota Vientiane, Laos dikenal sebagai salah satu negara dengan sistem pemerintahan komunis yang masih tersisa di dunia. Mayoritas penduduknya merupakan pemeluk Buddha Theravada. Karena itu, tak mengherankan kalau Laos merupakan negara dengan penduduk Muslim paling sedikit di Asia Tenggara.

Agama Islam pertama kali masuk Laos melalui para pedagang Cina dari Yunnan. Para saudagar Cina ini bukan hanya membawa dagangannya ke Laos, namun juga ke negara tetangganya, sepertiThailand dan Birma (Myanmar saat ini). Oleh masyarakat Laos dan Thailand, para pedagang asal Cina ini dikenal dengan nama Chin Haw.

Peninggalan kaum Chin Haw yang ada hingga hari ini adalah beberapa kelompok kecil komunitas Muslim yang tinggal di dataran tinggi dan perbukitan. Mereka menyuplai kebutuhan pokok masyarakat perkotaan.

Di sini, mereka memiliki sebuah masjid dengan ukuran yang sangat besar dan menjadi kebanggaan Muslim Laos. Letaknya di ruas jalan yang terletak di belakang pusat air mancur Nam Phui. Masjid ini dibangun dengan gaya neo-Moghul dengan ciri khas berupa menara gaya Oriental. Masjid ini juga dilengkapi pengeras suara untuk azan. Ornamen lain adalah tulisan-tulisan dalam lima bahasa, yaitu Arab, Tamil, Lao, Urdu, dan Inggris, yang terdapat dalam masjid.

Selain kelompok Muslim Chin Haw, ada lagi kelompok Muslim lainnya di Laos, yaitu komunitas Tamil yang berasal dari selatan India. Muslim Tamil dikenal dengan nama Labai di Madras dan sebagai Chulia di Malaysia dan Phuket (Thailand). Mereka masuk ke Vientiane melalui Saigon. Mereka juga memiliki sebuah masjid yang bentuknya mirip dengan masjid di Tamil.

Para jamaah Muslim India Selatan inilah yang mendominasi masjid di Vientiane. Di ibu kota Laos ini, hanya terdapat dua buah masjid, yakni Masjid Al-Azhar dan Masjid al-Jamia.

Imam Masjid al-Jamiah, Najmul, menuturkan, masjid ini dibangun oleh kaum pendatang dari India. Masjid ini tak pernah sepi dari jamaah. Apalagi, pada perayaan Hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha, masjid ini selalu dipenuhi oleh jamaah. Jamaah Muslim ini kebanyakan berasal dari India, Pakistan, dan Bangladesh.

Walaupun berada di lingkungn padat dan sebagian besar penduduknya pemeluk agama Buddha, aktivitas dan kegiatan keagamaan di masjid ini berjalan normal. Bahkan, sebagian warga Vientiane sangat akrab dengan komunitas Muslim di sini. Mereka semua mengetahui ada masjid di daerah Prabang Road ini.

Menurut Najmul, hubungan antaragama di Vientiane juga sangat baik. Bahkan, ketika azan berkumandang, komunitas non-Muslim di Vientiane tak merasa terganggu. ''Mereka tak peduli dengan adanya azan itu dan mereka tidak merasa terganggu,'' ujarnya.

Masjid ini juga banyak dikunjungi jamaah Muslim dari berbagai negara. Jamaah tetap di masjid ini kebanyakan warga dari negara tetangga, termasuk para diplomat dari negara Muslim di Vientiane, termasuk dariMalaysia, Indonesia, dan Palestina. Bangunan masjid di Vientiane juga dilengkapi dengan bangunan madrasah untuk anak-anak Muslim belajar agama Islam.

Selain di Vientiane, ada lagi komunitas Muslim lainnya di Laos. Namun, jumlahnya sangat sedikit. Umumnya, mereka lebih memilih tinggal di kota kecil di luar Vientiane. Sebagian orang menyatakan ada sebuah masjid kecil di Sayaburi, di tepi barat Mekong, tidak jauh dari Nan. Sayaburi dulu pernah dinyatakan sebagai daerah tertutup bagi orang asing.

Pengungsi Kamboja
Laos merupakan salah satu negara yang kaya dengan keberagaman etnis. Saat ini, jumlah penduduk Laos mencapai 6,2 juta jiwa. Setengah dari populasi penduduk Laos berasal dari etnis Lao atau yang dikenal masyarakat lokalnya sebagai Lao Lum. Selain mendominasi dari segi jumlah penduduk, mereka juga mendominasi pemerintahan dan komunitas masyarakat di Laos.

Mereka yang berasal dari etnis ini memiliki hubungan kekerabatan dengan penduduk kawasan timur laut Thailand. Mereka berasal dari dataran rendah Mekong yang hidup mendominasi di Vientiane dan Luang Prabang. Secara tradisional, mereka juga mendominasi pemerintahan dan masyarakat Laos.

Keberagaman etnis ini juga tampak pada komunitas Muslim di sana. Muslim Laos didominasi oleh para pendatang dari kawasan Asia Selatan dan juga Muslim Kamboja. Khusus untuk Muslim Kamboja, mereka adalah para pengungsi dari rezim Khmer. Mereka melarikan diri ke negara tetangga mereka, Laos, setelah pemimpin rezim, Pol Pot, menyerukan gerakan pembersihan massal etnis Kamboja Cham Muslim dari tanah Kamboja.

Sebagai pengungsi, kehidupan mereka terbilang miskin. Selain itu, mereka mengalami trauma akibat pengalaman hidup di bawah tekanan rezimKhmer sejak 1975. Semua masjid di Kamboja dihancurkan. Mereka juga dilarang beribadah atau berbicara dalam bahasa Kamboja dan banyak di antara mereka dipaksa untuk memelihara babi.

Sejarah pahit mengiringi kepergian Muslim Kamboja ke Laos. Mereka dipaksa makan rumput, sementara satu-satunya daging yang mereka dapatkan dari tentaraKhmer hanyalah daging babi yang diharamkan oleh Islam.

Beberapa orang Kamboja, seperti mereka yang tinggal di Vientiane, kemudian melarikan diri dari kampung halamannya. Sementara itu, sisanya berhasil bertahan dengan cara menyembunyikan identitas etnis mereka dan juga keislamannya. Dari seluruh populasi Muslim Kamboja, diperkirakan tujuh puluh persennya tewas akibat kelaparan dan pembantaian.

Kini, di Laos, diperkirakan ada sekitar 200 orang Muslim asal Kamboja. Mereka memiliki masjid sendiri yang bernama Masjid Azhar atau yang oleh masyarakat lokal dikenal dengan nama Masjid Kamboja. Masjid ini berlokasi di sebuah sudut di distrik Chantaburi yang berjarak sekitar 4 kilometer dari pusat kota Vientiane. Sebagai sebuah tempat ibadah, bangunan Masjid Kamboja ini memang terlihat sederhana sekali. Sebagian bangunan dinding masjid tampak belum selesai dipasang karena kendala pendanaan.

Meski berjumlah sangat sedikit dan tergolong miskin, mereka teguh memegang agama. Umumnya, mereka adalah penganut Mahzab Syafii yang berbeda dengan komunitas Muslim Asia Selatan di Vientiane yang menganut Mazhab Hanafi.

Mayoritas berbisnis
Saat ini, sebagian besar Muslim di Vientiane bekerja sebagai pebisnis. Mereka berusaha di bidang tekstil, ekspor-impor, atau melayani komunitas mereka sendiri dengan menjadi penjual daging atau pemilik restoran halal.

Beberapa restoran yang dikelola oleh Muslim asal India terletak di kawasan Taj off Man Tha Hurat Road dan dua atau tiga restoran halal lainnya berdiri di persimpangan Jalan Phonxay dan Nong Bon Roads.

Selain melayani komunitas Muslim, mereka juga menyediakan jasa katering bagi petugas kedutaan yang beragama Islam. Sisanya, para pekerja Muslim lokal di Vientiane bekerja di bagian tesktil di berbagai pasar di kota ini, seperti di Talat Sao atau pasar pagi, di persimpangan jalan Lan Xang, dan Khu Vieng.

Kelompok ini merupakan orang-orang yang percaya diri, ramah, dan giat bekerja meski mereka berbicara bahasa Inggris tidak sebanyak mereka yang berasal dari Asia Selatan. Setiap pertanyaan dalam bahasa Inggris yang tidak dimengerti akan mereka jawab dengan kalimat bo hu atau "saya tidak mengerti" dalam bahasa Laos.

Selain bekerja di industri tekstil, banyak Muslim Laos yang bekerja sebagai penjual daging. Ini mengingat kebutuhan makanan yang sangat spesifik dari komunitas Muslim, yaitu penyembelihan secara Islam. Untuk membedakan kios daging mereka dari kios daging lain yang menjual daging babi, para penjual yang beragama Islam memasang lambang bulan sabit atau tanda dalam bahasa Arab.

Tanda ini menunjukkan, selain pemiliknya Muslim, mereka hanya menyediakan daging halal. Maklum saja, sebagai minoritas, sangat sulit bagi mereka untuk menemukan makanan yang dijamin kehalalannya. Daging yang biasa dipasarkan adalah daging babi. nidia/sya/taq


yang bertanda A dan B ialah masjid

restoran halal Fathima dan masjid jama'

Lao PDR destinasi semata2 Melancong.

(19 mei - 21 mei 2011)

Laos, People Democratic Republic, merupakan sebuah negara yang terletak antara Thailand yang di pisahkan dengan sungai Mekong, dan Myammar, dan di utara negara tersebut ialah Vietname. mempunyai rata2 penduduk lebih kurang 7 juta orang. mata wang "kip" . usd1 bersamaan dengan 8300kip. atau rm1 bersamaan 2300kip. yang sukar di sini ialah makanan, non-halal food. walaupun ada 2 restoran yang di katakan halal, tapi bagi aku was was yang amat sangat. walau mcmana pun, enjoy da trip. negara sekarang seperti terengganu tahun 80-an dulu.. enjoy da photossss....

seperti yang lepas2 gambar2 ini juga tidak ikut kronologi...anda tahu kenapa....


sabbai dee, selamat sejahtera, sabbai de bor? apa khabar, itu lah kata2 awalan bagi orang sana untuk menyambut tetamu. pengisian foreigner form dalam flight.

gambar pertama, ini ialah pulut, hanya di makan begitu saja, oh my God, MCo tak tengok bagaimana orang sini memasaknya, aku di fahamkan, diaorang rendam beras tersebut seharian, iaitu malam untuk di masak pagi esoknya..nasi yang tak melekit. di letak khas dalam bekas yang di buat daripada anyaman daun apa ntah, kalau kat sini boleh dikatakan daun nipah.

Ini lah bekas tersebut, yang di dalamnya ada nasi pulut tersebut.

Ini antara restoran Halal di Ventiane, nama nya restoran Fathima. dan satu lagi restoran halal ialah restoran Nazim, juga berdekatan dengan restoran Fathima ini, dan sebenarnya kedua2 restoran ini adalah berdekatan dengan Sungai Mekong yang terkenal tu. berkenaan dengan restoran ni. gambar seterusnya akan di ceritakan.

MCo bergambar kenangan di persisir sungai Mekong. tengok tu sikit jer lagi senyum nak sampai ke telinga..kekekee

ini lah sungai Mekong, di seberang sana ialah Negara Thailand, iaitu utara Thailand wilayah Nong Khai. di katakan sungai ini di bahagian lain membahagikan 3 negara, iaitu Thailand, Myammar dan Laos.

Lagi gambar Sg. Mekong.

yess... akhirnya MCo sampai Mekong River Bank, dulu cuma tengok buka Geografi jer... iaitu antara sungai terpanjang di asia tenggara, sekarang dah berada di sana. tapi di sini cuaca panas lebih panas dari Malaysia...fuuhhh... berpeluh beb.

lagi lagi tebing sungai Mekong.

aikkk ada lagi... berapa banyak daaa...tp ini lain panorama. enjoy that photo...gambar ni di ambil sekitar pukul 1 tghari.( local time) - lewat 1 jam dari Malaysia Time.

Jom, kita cerita plak pasal restoran halal di Laos ni. seperti yang di ceritakan tadi, cuma ada 2 restoran halal di Laos. Restoran Nazim dan Restoran Fathima (dalam gambar) dan restoran Nazim hanya beberapa meter dari restoran ini, (gambar tidak sempat di snap).
MCo difahamkan kebanyakan orang di Malaysia, dua restoran ini lah halal, and Malaysian food, namun bergitu, was was MCo ada berkenaan dengan dua restoran tersebut, status halal nya yang paling utama. kedua2 restoran ini pemiliknya ialah India, (not Pakistan). di papan tanda terpapar perkataan "halal", namun kedai tetap jual arak. (sesetengah orang kata, di sini we terpaksa jual arak sebab itu lah untuk menarik pelanggan, terutama orang tempatan dan foreigner dari barat - sebab nak harapkan orang Islam, berapa kerap sangat yang ada dan datang. dan aku rasa kalau ada pun yang tinggal di Vientiane ni, mereka masak sendiri).
so back to topic. so dari pengamatan MCo lah..dan dari kaji selidik yang MCo sengaja buat2 pandai (hehehehe), maka aku memutuskan MCo really was-was nak makan di kedua2 kedai ini. for me not suggest untuk muslim. sebab2 nya ialah.
1. ownernya ialah India, and MCo tak tahu dia tu muslim or tak? (walau pun dalam kedai banyak stiker ayat al-Quran, gambar masjid, perkataan bismillah dsb). tapi chief pelayan di situ semua memakai rantai di leher, di dua2 kedai.
2. dalam menu, tiada masakan atau menu berasaskan 'daging lembu' dan bila MCo minta, memang dia kata tak jual lembu. so dari sini MCo was-was dah... then untuk menyakinkan. MCo pun try lah bertanya orang tempatan (lao) di sekitar, dia orang kata, " oooo dia orang ni memang tak makan lembu, agama mereka larang". so what do you think?? sehinggakan Bounxou pun anggap aku tak boleh makan lembu.
3. then untuk menyakin kan lagi, MCo pun pergi menjenguk dapur, eermmm amat mendukacitakan, sebab tukang masaknya ialah orang tempatan, orang Lao, tak kira lelaki atau perempuan. di mana orang perempuan bertudung? if Pakistan, maybe aku tak rasa was-was sangat. di kedua2 restoran adalah sama, di pintu dapur "for staff only". mengharamkan orang luar pergi ke dapur. ini lah persoalannya. makan ayam? siapa yang sembelih? who exactly owner ni? adakah dia Islam? but we have no choice... anda pilih, makan di restoran non-muslim tapi orang Islam yang masak atau di restoran ada perkataan halal dan di dakwa pemilik Islam, tapi non-muslim yang masak?

so, MCo banyak isikan perut aku dengan maggie yang di bawa dari Malaysia dan roti. ia tetap kenyang..dan sedikit buah2 an yang di beli.

lagi gambar restoran berkenaan.



Fathima restoran, Indian and Malaysian Food, halal food but MCo was-was nak makan and datang kali ke-2. kecuali makan nasi jer...

tutup kes pasal restoran. hah!! ini bangunan sengaja MCo snapkan..sebab di Laos di ibaratkan Terengganu pada zaman awal 80-an, tiada bangunan tinggi. so bangunan yang MCo snap ni adalah antara bangunan yang tertinggi di ibu kota Vientiane..dan tengok juga keadaan jalan, dan semak2 persekitaran, bukan nak mengejek, tapi ia mengambarkan banyak lagi ruang yang belum di terokai, namun ia tetap destinasi yang menarik yang patut ada dalam senarai list negara yang mesti di lawati.

jeng-jeng. ini ialah Patouxay, (Jeweller of Mekong River) salah satu mercu tanda terkenal di Laos. (actually MCo tak tahu sangat apa benda ni, sebab MCo pun tak sempat nak baca papan keterangan kat situ, kebetulan MCo sampai tu hujan sedang turun....)

ini watt, dekat dengan That Luang Stupa.

dan ini lah That Luang Stupa. MCo pun tak tahu apa benda ni..heheehe, MCo tak pergi dekat, sekadar bergambar jauh. lagi pun panas panas panas pada masa tu... jam menunjukan pukul 12 tengahari.


bergambar kenangan di sini. no more than that.

That Luang Stupa dari jarak jauh.

hah! cuba teka apa pak cik ni sedang buat?
sebenarnya gambar ni dekat dengan Patouxay tadi. bukan dia seorang je, tapi ramai, dia menawarkan pakej bergambar kenangan. eermm dalam rm10 untuk 4 keping gambar.. boleh dikatakan murah juga...

lagi bergambar kenangan dekat dengan Patouxay.

uiihhkss malas nak citer, hang enjoy lah dengan gambar2 ni....

bangunan bersebelahan dengan Patouxay. sebenarnya ialah kediaman menteri Lao

aikkk ada lagi gambar MCo kat sini... biasa lah, pergi sorang2, bergambar pun pakai hp, sorang2 ambil plak tu...


dan ini gambar di dalam Patouxay tu, kat atas, kat bawah tu ramai orang berteduh, siap ada jualan makanan lagi..sup sup sup... hehehe
masa mula2 sampai, tengok jalan basah tu..masih hujan.


sekitar ibukota Vientiane, keadaan kenderaan, jalan, kedai2 dan mcm2 lagi.

dalam Tut-tut masa nak pergi ke Patouxay. masa ni hujan...

auun pai talad.. mahu pergi pasar, jalan ni dekat dengan pasar dan supermarket diaorang. banyak tut-tut tu.... masa ni hujan renyai2. kat depan tu ada orang jual durian.
bergambar kat pasar berlatar belakangkan.. Lao Postal Saving Institute.... apa tu?? sini parking motor pun kena bayar tahu...walaupun ber plat kuning... hehehe kalau kat Malaysia plat kuning..harus lepas punya.... kekeke

ohoooi.. ini baru sampai pasar, bersama guide motor. dia yang bawa MCo pi pasar ni. sisouphannavong...itu kah nama dia..aaaah susah gak nak sebut.

erm macam biasa, trade mark. tanah Laos dari flight.

one more trademark dalam gambar aku, iaitu 'bank'. ke mana2 saja, gambar bank mesti ambil.

stadium national, MCo jalan kaki pusing2 sorang diri daripada hotel pagi tu.. nasib baik jalan tak sibuk, tapi panas.. jalan2 dengan kosong...huaaaahhh!!

bergambar kat stadium natioanal ler ni.... kontrol kontrol macho beb...tetap ambil gambar sorang2 dgn hp htc tytnn II ni..kekeke

ini ialah bentuk tut-tut yang terdapat di Lao, berbeza dengan Thailand. banyak bezanya... kereta pun driver di sebelah kiri. walaupun banyak peralatan di Lao ni di pengaruhi oleh Thailand. termasuk channel tv.

salah satu jalan di ibukota Vientiane. tengok rumah kedai, kenderaan, jalan dan lalulintas.

ini hotel tempat aku menginap. Seng Lao hotel. kalau tak silap MCo... kip 150,000.00 untuk dua malam.. murah..murah.. kalau ikut perkiraan MCo.. kip135k ialah rm50. dan satu lagi kemusykilan MCo yang belum terjawab dan lupa nak tanya... setiap bangunan sure ada bendera Laos dan bendera merah tu... nak tahu bendera apa tu? (sorry lupa nak snap gambar yang jelas). gambar tu ialah bendera soviet union. (russia ka?) why ler?

ini lah salah satu Watt yang MCo snap..actually banyak watt mcm ni di sini.. nak cari masjid, memang xde langsung, gereja pun jumpa gak sebijik.

lagi panorama street di ibukota Vientiane, kelihatan tut-tut menanti pelanggan.

ini gambar Watt (gambar belakang) yang pertama tadi. yang tadi tu gambar depan. ini yang belakang plak..kekekeke

suasana nak magrib, gambar di depan hotel aku menginap. jalan kebanyakannya ialah sehala.

gambar di ambil dari bilik hotel MCo menginap.

jalan menuju ke That Luang Stupa.

lagi gambar untuk tatapan. FaNgum Rd jalan bersebelahan dgn sungai Mekong.

hah! ni lagi gambar restoran halal yang was was tepi sungai Mekong.

dan ini ialah peta ringkas di mana hotel MCo menginap dan persekitaran, kalau kira hotel yang aku menginap tu tempat strategik. dan di biayai sepenuhnya oleh Natasha (isteri kepada Rosli) di lihat di peta tu.. kelihatan sg. Mekong dan jalan FaNgum Rd dan di situ lah terletaknya restoran Nazim dan Fathima. dan watt chanh lah yang aku snap tu...

so sekian dulu, secebis kenangan di ibukota Laos, Vientiane, biasa lah snap dgn gambar hp dan amatur sudah tentu banyak kelemahan, and tidak tahu yang mana perlu di fokuskan..serba sedikit dan pengalaman yang di kongsi.

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...